PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makluk
sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan serta selalu
berhubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Bentuk hubungan antar
manusia tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah hubungan membantu. Setiap
individu pernah memberikan bantuan atau menerima bantuan, meskipun dengan cara
dan maksud tertentu pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.
Meski
Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu bantuan yang
profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah ini, hanya akan di
bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang dilakukan oleh
setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak lain, dan
pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga profesional
yang dimaksud seperti perawat, psikolog, dokter, konselor, dan lain-lain. Meski
pada dasarnya, profesional atau
tidaknya hubungan membantu tersebut
sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara
penanganannya.
Dari sekian
banyak hubungan membantu yang ada dan dilakukan oleh banyak orang, konseling
merupakan salah satu bentuk hubungan membantu yang dilakukan oleh profesional,
seperti yang telah dijelaskan di awal. Maka, melalui makalah ini, penulis akan
menguraikan terlebih dahulu pengertian hubungan membantu dan langkah-langkah
hubungan membantu. Dari pemahaman tentang hubungan membantu ini, semoga kita
dapat menarik benang merah kaitannya dengan konseling sebagai hubungan yang
membantu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah pengertian helping relationship
(membantu) itu?
1.2.2 Apa saja karakteristik dari helping
relationship?
1.2.3 Apa saja ciri-ciri helping relationship?
1.2.4 Bagaimana pelaksanaan konseling sebagai
helping relationship?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari helping
relationship.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik dari helping
relationship.
1.3.3 Untuk mengetahui ciri-ciri dari helping
relationship.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
konseling sebagai helping relationship.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
HELPING RELATIONSHIP
A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan
membantu merupakan beberapa individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang
menjadi perhatiannya atau masalahnya dan atau membantu perkembangan dan
pertumbuhan salah seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF, 1991)
George dan Christiani (1982) mengemukakan
bahwa pemberian bantuan professional merupakan proses dinamis dan unik yang
dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber
dalam agar tumbuh kedalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan
potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna.
Rogers (1961) mengemukakan bahwa maksud
hubungan tersebut adalah untuk peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi,
cara penanganan kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada
pihak yang diberikan bantuan.
2.2 KARAKTERISTIK
HELPING RELATIONSHIP
George dan christiani mengemukakan
enam karakteristuk dinamika dan keunikan hubungan konseling dibandingkan dengan
hubungan membantu yang lainnya. Keenam karakteristik itu adalah:
a. Afeksi
Hubungan
konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif daripada
sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang proses
konseling, termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan
perasaan-perasaan subjektif klien. Hubungan yang penuh afeksi ini dapat
mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan pada klien, dan diharapkan hubungan
konselor dank lien lebih produktif.
b. Intensitas
Hubungan
konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dank lien yang intens
ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa
adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan mencapai pada
tingkatan yang diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar hubungannya
dengan klien dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan
hubungan konseling.
c. Pertumbuhan
dan Perubahan
Hubungan
konsleing bersifat dinamis. Hubungan konseling terus berkembang sebagaimana
perubahan san pertumbuhan yang terjadi pada konselor dank klien. Hubungan
tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi peningkatan
hubungan konselor klien,pengalaman bagi klien, dan tanggungjawabnya. Dengan
demikian pada klien terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus
bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
d. Privasi
Pada
prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien. Keterbukaan
klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan
seluruh informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara
transparan kepada siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan
hubungan ini adalah unik dan akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
e. Dorongan
Konselor
dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive) kepada klien untuk
meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Dalam
hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya
untuk perubahan perilaku dan memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi
motivasi untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya.
f. KejujuranHubungan
konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta adanya
komunikasi terarah antara konselor
dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi
kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun konselor harus
membangun hubungannya secara jujur dan terbuka. Kejujuran menjadi prasayarat
bagi keberhasilan konseling
2.3 CIRI-CIRI
HELPING RELATIONSHIP
1. Hubungan
helping adalah penuh makna, dan bermanfaat.
2. Afeksi
sangat mencolok dalam hubungan helping.
3. Keutuhan
pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping.
4. Hubungan
helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu-individu yang terlibat.
5. Saling-Hubungan
yang terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan informasi, pelajaran,
advis, bantuan, pemahaman dan perawatan dari orang lain.
6. Hubungan
helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
7. Struktur
hubungan helping jelas atau gamblang.
8. Upaya-upaya
yang bersifat kerjasama menandai hubungan helping.
9. Orang-orang
dalam helping dapat dengan mudah ditemui atau didekati dan terjamin ajeg
sebagai pribadi.
10.
Perubahan merupakan
tujuan hubungan helping.
2.4 PELAKSANAAN
HELPING RELATIONSHIP
Kemampuan
melaksanakan hubungan konseling sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh seorang konselor
saja, namun semua pengajar termasuk di dalamnya guru mata pelajaran dan wali
kelas seharusnya menguasai kemampuan melaksanakan hubungan konseling ini.
Ketrampilan pelaksanaan hubungan konseling diperlukan bagi guru mata pelajaran
untuk mengatasi masalah kesulitan belajar. Pemecahan masalah kesulitan belajar
akan berjalan efektif jika guru mata pelajaran yang bersangkutanlah yang
menyelesaikannya. Hal ini dimaksudkan agar guru mata pelajaran dapat bekerja
secara terarah, efektif, dan efisien. Setiap mata pelajaran tentunya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Mulai dari bahan ajar, metode, tingkat
kesukaran, kompetensi yang harus dicapai serta hal-hal mendasar lainnya yang
berhubungan dengan kurikulum sebuah mata pelajaran. Hal ini tentu disikapi
secara berbeda-beda oleh subyek didik. Dalam kondisi inilah tercipta sebuah
interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dan ketika
interaksi itu tercipta maka di sanalah seharusnya tercipta hubungan yang saling
menguntungkan. Simbiosis mutualisma.
Simbiosis
mutualisma yang dimaksud dalam konteks ini adalah hubungan yang terjalin secara
menguntungkan bagi subyek didik dan menguntungkan pula bagi pendidiknya. Ketika
pendidik dengan penuh semangat menyampaikan uraian materi pelajaran, akan
sangat diuntungkan jika subyek didik yang dihadapi memberikan tanggapan dengan
sebaik-baiknya. Bila tolak ukurnya adalah tingkat ketuntasan, maka tanggapan
terbaik siswa atas materi pelajaran yang diterimanya adalah menunjukan angka
prosentase 100%. Tetapi, bagaimanakah jika kenyataan di lapangan menunjukan hal
yang sebaliknya?
Secara umum,
bimbingan konseling bertujuan untuk memberi bantuan kepada individu untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan mengptimalkan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang individu. Hubungan konseling tidak hanya dilakukan oleh
seorang konselor dan guru saja, namun masih ada beberapa bidang atau profesi
yang melakukan hubungan konseling, bidang tersebut adalah sebagai berikut:
dunia kedokteran atau kesehatan, perusahaan dan industri, serta bidang
pendidikan. Pada umumnya, bidang pendidikan selalu berintikan pada kegiatan
bimbingan. Bimbingan dilaksanakan agar anak didik menjadi kreatif, produktif,
dan mandiri. Dengan kata lain, pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu
anak. Hal-hal yang termasuk ke dalam perkembangan individu anak meliputi segala
aspek dalam diri anak, yakni: intelektual, moral, sosial, kognitif, dan
emosional. Dan kegiatan bimbingan dan konseling adalah suatu upaya untuk
membantu perkembangan aspek-aspek tersebut menjadi optimal, harmonis, dan
sewajarnya. Selanjutnya diharapkan tercipta sebuah relasi, yakni relasi
pendidikan antara pendidik dan subyek didik. Relasi pendidikan antara pendidik
dan subyek didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar
ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi anak didik dan membantu
subyek didik memecahkan masalahnya.
Masalah yang
dihadapi anak didik, hubungannya dengan mata pelajaran atau bidang studi adalah
meliputi hal-hal sebagai berikut: tidak menyukai mata pelajaran tertentu, tidak
menyukai guru tertentu, sulit memahami materi yang diajarkan, kurangnya
konsentrasi pada waktu belajar, lingkungan kelas yang kurang mendukung, anggota
kelompok yang tidak kooperatif dan sebagainya. Tentu saja hal ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja. Harus dicari sebuah upaya untuk menanggulanginya. Dengan
melaksanakan bimbingan konseling inilah upaya-upaya memecahkan masalah yang
dihadapi siswa dapat dilakukan.
Arthur J.
Jones (1970) mengatakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai “ the help
given by one person to another in making choices and adjustment and in solving
problems”. Pemberian bantuan kepada seseorang dalam memecahkan
masalah-masalahnya. Sebuah pernyataan yang sangat sederhana tetapi sarat dengan
makna. Ada dua unsur yang terlibat secara langsung dalam proses bimbingan
tersebut, yaitu pembimbing (pendidik) dan terbimbing (subyek didik).
Sebagai
langkah awal dalam kegiatan helping relationship adalah memahami klien. Klien
adalah semua individu yang diberi bantuan secara profesional oleh seorang
konselor (pembimbing) baik atas permintaan dirinya sendiri ataupun pihak lain.
Hubungannya dengan yang sering kita temukan di lapangan adalah klien yang kita
hadapi klien yang diberi bantuan bukan atas dasar permintaannya sendiri,
melaikan atas permintaan orang lain terutama kita sebagai pengajar mata
pelajaran yang bersangkutan.
Oleh sebab itu,
kita sebagai guru mata pelajaran, harus memiliki keterampilan tertentu agar
proses konseling berjalan secara kondusif, produktif, kreatif dan menunjukan
hasil yang baik. Dengan kata lain proses konseling berjalan dengan sukses.
Menurut Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan
proses konseling ditentukan oleh tiga hal, yakni: kepribadian klien, harapan
klien, dan pengalaman/pendidikan klien.
Kepribadian klien
sangat berperan penting untuk menentukan keberhasilan proses konseling.
Aspek-aspek kepribadian klien seperti: sikap, emosi, intelektual, dan motivasi
perlu mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya. Seorang klien yang cemas
ketika sedang berhadapan dengan konselor akan terlihat dari prilakunya. Seorang
konselor yang baik tentu harus berusaha menentramkan kecemasan kliennya dengan
berbagai cara. Dalam istilah konseling dikenal dengan sebutan teknik attending
yaitu keterampilan menghampiri, menyapa, dan membuat klien betah dan mau
berbicara dengan konselor. Ataupun bisa dengan cara mengungkapkan
perasaan-perasaan cemas kliennya semaksimal mungkin dengan cara menggali atau
mengeksplorasi, sehingga keluar dengan leluasa bahkan mungkin sampai klien
tersebut mengeluarkan air mata, sehingga klien dapat mencurahkan semua
permasalahan yang dihadapinya kepada konselor.
Harapan klien.
Dapat diartikan sebagai adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses
konseling. Pada umumnya, harapan klien terhadap proses konseling adalah untuk
memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban dan mencari
solusi dari persoalan yang sedang dialami serta mendapatkan petunjuk dan arahan
bgaimana dirinya menjadi lebih baik dan lebih berkembang. Sebagai konselor yang
baik, tentu kita harus pandai dan terampil mengarahkan dan memupuk harapan
terbimbing (subyek didik) ke arah yang lebih realistis. Bahwa dengan melakukan
bimbingan diharapkan dapat menjadi jalan merubah dirinya ke arah yang lebih
baik.
Pengalaman dan
pendidikan klien. Pengalaman dan pendidikan klien merupakan faktor yang turut
menentukan keberhasilan proses konseling. Dengan pengalaman dan pendidikan
tersebut, klien akan lebih mudah menggali dirinya sehingga persoalannya makin
jelas dan upaya pemecahannya makin terarah. Pengalaman klien dalam kegiatan
konseling bisa digali melalui kegiatan berkomunikasi, seperti wawancara dan
berdiskusi sehingga klien secara terbuka mau menceritakan semua permasalahan
yang dihadapinya.
Dengan demikian
konselor akan dapat terbantu dalam merumuskan dan menentukan langkah
selanjutnya yang diperlukan oleh klien untuk menunjang keberhasilan proses
konseling. Dari ketiga hal yang telah diuraikan di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa tahap-tahap konseling dapat dilakukan seperti di bawah ini:
·
Tahap awal. Meliputi kegiatan
attending (keterampilan menghampiri, menyapa, dan membuat klien betah dan mau
berbicara dengan konselor), empati primer dan advance ( berempati terhadap
masalah yang dihadapi klien), refleksi perasaan ( upaya untuk menangkap
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya kembali pada
klien), eksplorasi perasaan, pengalaman dan ide, menangkap ide-ide/pesan-pesan
utama, bertanya terbuka, mendefinisikan masalah bersama klien, dorongan minimal
(minimal encouragement).
·
Tahap pertengahan. Teknik yang
dibutuhkan pada tahap ini adalah: memimpin (leading), memfokuskan (focusing),
mendorong (supporting), menginformasikan (informing), memberi nasehat
(advising), menyimpulkan sementara (summarizing), dan bertanya terbuka (open
question).
·
Tahap ahir. Tahap ini disebut tahap
konseling (action). Teknik yang dapat digunakan pada tahap ini adalah:
menyimpulkan, memimpin, merencanakan, mengevaluasi dan mengakhiri proses
konseling.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa konseling sebagai hubungan yang
bersifat helping relation adalah suatu hubungan yang terjalin karena
adanya kesepakatan antara konselor dengan konseli. Konseli yang dihadapi adalah konseli yang sedang
mengalami suatu masalah, selain membantu konseli dalam mengentaskan masalahnya,
konselor juga membantu konseli dalam mengaktualisasikan potensi-potensi yang
ada pada diri konseli.
3.1 SARAN
Masalah
yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan bantuan orang-orang di sekeliling
kita. Maka dari itu jalinlah hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar
kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa,
Singgih, D. 2004. Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Latipun. 2006. Psikologi Konseling Edisi ke-3. Malang: UMM Press
AT,
Andi Mappiare. 2006. Pengantar Konseling
dan Psikoterapi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sugiharto
& Mulawarman. 2007. Buku Ajar
Psikologi Konseling. Semarang: Unnes Press